LITERASI
Oleh Dede Nurrosyid
Daftar tulisan
Peran Penting Literasi
Peran Penting Literasi
Tanggal 8 September diproklamirkan sebagai Hari Literasi Sedunia (International Literacy Day) oleh UNESCO (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan) pada 17 November 1965. Hari Literasi Sedunia atau disebut juga Hari Aksara Internasional pertama kali dirayakan pada 8 September 1966.
Tujuan dari perayaan Hari Literasi Sedunia adalah untuk menyoroti peran penting literasi bagi individu, kelompok orang, dan masyarakat. Pada Hari Literasi Sedunia yang diperingati tiap tahun, UNESCO mengingatkan masyarakat dunia tentang keadaan literasi dan pembelajaran orang dewasa di seluruh dunia.
Berdasarkan data UNESCO, sekitar 776 juta orang dewasa kurang memiliki kemampuan/kecakapan (skill) literasi minimum; satu dari lima orang dewasa masih tidak literat (iliterat) dan dua pertiga dari mereka adalah perempuan; 75 juta anak-anak keluar dari sekolahnya dan lebih banyak yang tidak rutin bersekolah atau drop out.
Di Indonesia, faktor budaya menjadi penyebab dominasi perempuan buta huruf. Faktor kemiskinan membuat orang tua harus memilih. Dalam hal ini, anak laki-laki memiliki kesempatan lebih besar untuk meneruskan pendidikan daripada anak perempuan. Hal itu disebabkan adanya pandangan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi. Itulah kenapa angka melek huruf perempuan di bawah laki-laki.
Literasi secara sederhana diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis, juga kemampuan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan zaman, literasi tidak hanya berkenaan dengan membaca tekstual tetapi lebih pada menangkap makna yang tersirat, sehingga mampu bersikap berdasarkan pemahaman. Seseorang baru bisa dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman bacaannya. Dari sinilah pemahaman literasi (literacy) ditingkatkan dari sekadar melek abjad (alphabet literacy) menjadi melek situasi (situation literacy) atau mampu memahami situasi.
Literasi adalah hak azasi manusia, alat pemberdayaan personal, dan cara untuk membangun manusia dan masyarakat. Literasi merupakan jantung pendidikan dasar untuk semua, dan penting untuk memberantas kemiskinan, perluasan kesempatan pekerjaan, peningkatan kesetaraan laki-laki dan perempuan, peningkatan kesehatan keluarga, perlindungan lingkungan hidup, penggalakan keikutsertaan rakyat dalam proses demokratisasi, dan memastikan keberlangsungan pembangunan dan perdamaian.
Literasi penting bagi pemerolehan keterampilan hidup, baik bagi anak-anak, pemuda, maupun orang dewasa, sehingga mereka dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dalam hidup mereka dan merupakan langkah pokok dalam pendidikan dasar, yang merupakan faktor yang sangat diperlukan untuk bisa berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat dan ekonomi abad ke-21. Dengan kata lain, literasi adalah prasyarat untuk memperoleh berbagai kemampuan dalam belajar agar siapa pun dapat mencari, memperoleh, menggunakan, dan mengelola informasi untuk meningkatkan mutu hidupnya.
***
Penulis
DEDE NURROSYID
Penulis/editor artikel sains dan teknologiLiterasi Situasi
Literasi secara sederhana diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis, juga kemampuan untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan perkembangan zaman, literasi tidak hanya berkenaan dengan membaca tekstual tetapi lebih pada menangkap makna yang tersirat sehingga mampu bersikap berdasarkan pemahaman. Dari sini pemahaman literasi ditingkatkan dari sekadar melek abjad (alphabet literacy) menjadi melek situasi (situation literacy) atau mampu memahami situasi.
Pengertian literasi situasi (kemampuan memahami situasi) muncul karena dalam setiap kejadian selalu ada berbagai faktor yang menjadi bahan pertimbangan untuk bersikap. Penerapan literasi situasi penting karena akan mengembangkan pemikiran kritis. Literasi situasi memengaruhi cara seseorang untuk menimbang dan memutuskan yang hasilnya berpengaruh langsung pada kehidupan nyata sehari-hari.
Latihan untuk mengembangkan literasi situasi dapat dilakukan melalui literatur yang memuat berbagai narasi dan persoalan/masalah. Di sekolah, latihan untuk mencapai literasi situasi dapat dilakukan oleh guru ketika membimbing siswanya keterampilan membaca dan memahami bacaan. Siswa dapat didorong untuk selalu berpikir kritis melalui latihan menganalisis lima W (who, what, where, when, why) dan satu H (how) terhadap bacaan. Siswa juga dapat diajak bertukar pendapat tentang situasi fiksi dari literatur yang sedang dipelajari.
Literasi situasi juga dapat diterapkan oleh guru ketika menghadapi berbagai persoalan dari siswa. Sebagai contoh kasus adalah ketika seorang guru menghadapi siswa yang terlambat. Menghadapi kasus yang demikian, guru harus memahami dan sadar bahwa siswa itu melanggar peraturan sekolah. Guru kemudian harus mengidentifikasi faktor-faktor penting apa saja yang ada dalam kejadian tersebut. Hasil identifikasi ini tergantung dari isu yang menjadi minat dan perhatian guru. Dalam kasus ini, isu yang menjadi perhatian guru adalah tanggung jawab siswa terhadap keterlambatannya datang ke sekolah, bukan hukuman yang pantas diberikan.
***
Penulis
DEDE NURROSYID
Pengajar dan pengurus bimbingan belajar Progressive Private Centre(gorillaartfare.com)